Plankton terdapat mulai dari
lingkungan air tawar hingga ke tengah samudera. Dari perairan tropis hingga ke
peraiaran kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak di huni oleh
plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton laut baik fitoplankton
maupun zooplankton, dapat dibagi menjadi :
1. Plankton neritik
Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan
pantai dengan salinitas yang relative
rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke peraian payau di depan muara dengan
salinitas 5-10 psu (practical salinity unit, dulu digunakan istilah‰ atau
permil, g/kg). akibat pengaruh lungkungan yang terus menerus berubah disebabkan
arus dan pasang surut, komposisi palankton neritik ini sangat kompleks, bisa
merupoakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan air tawar.
Beberapa diantaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria
yang payau.
2. Plankton oseanik
Plankton oseanik hidup diperairan
lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan
pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik
ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini. Penggolongan
seperti diatas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai
dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik oseanik.
Persebaran atau distribusi horizontal
plankton memang sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu,
salinitas, dan arus. Oleh sebab itu kehadiran plankton jenis tertentu dapat
digunakan sebagai indicator akan massa air atau arus laut. Di English Channel
misalnya, bila kaetognat Sagitta setosa merajai,
itu mengindikasikan massa air dari laut utara yang bersalinitas rendah telah
masuk ke selat ini. Sebaliknya bila Sagitta
ellegans yang merajai, itu mengindikasikan massa air bersalinitas tinggi
dari samudra atlantik merambah masuk sampai ke selat ini. Demikian pula
ubur-ubur Cyanea capilata dapat
dijadikan indicator adanya arus air dingin, sedangkan Physalia physalis sebagai indicator arus air hangat.contoh lain
misalnya copepod Eurytemora affinis telah
menyesuaikan diri untuk hidup diperairan estuaria dengan salinitas rendah, dan
karena keberadaannya dapat dijadikan indicator perairan estuaria. Di Indonesia
ditemukan copepod Labidocera muranoi
dari perairan mangrove, yang mungkin dapat pula dijadikan indicator perairan
dengan salinitas rendah.
No comments:
Post a Comment