Pemanasan
global yang saat ini terjadi bukan hanya mengancam kehidupan manusia di atas
permukaan tanah, namun juga mengancam ekosistem terumbu karang di bawah laut.
Pemanasan global menyebabkan naiknya suhu dan permukaan air laut. Dasar lautan
yang semakin dalam menyebabkan sinar matahari semakin sulit untuk menjangkau
tempat hidup Algae dan coral. Hal ini tentu akan.menganggu kemampuan
zooxanthellae untuk berfotosintesis, yang akhirnya berdampak pada pasokan
nutrisi dan warna karang serta dapat memicu produksi kimiawi berbahaya yang
merusak sel-sel mereka. Coral akan mati meninggalkan bongkahan kalsium kapur
(CaCO3) berwarna putih jika perairan tidak segera mendingin sesuai batasan
hidupnya.
Naiknya
suhu dan permukaan air laut pada dasarnya merupakan dua kendala yang menjadi
penyebab kerusakan dan kepunahan terumbu karang. Kedua kendala tersebut juga
memberikan dampak serius pada ekologi samudera dan yang paling penting
ekosistem terumbu karang yang merupakan tempat tinggal berbagai macam mahluk
hidup samudera. Hewan karang akan menjadi stres apabila terjadi kenaikan suhu
lebih dari 2-3 derajat celcius di atas suhu air laut normal.
Pada
saat stress, pigmen warna (Alga bersel satu atau zooxanthellae) yang melekat
pada tubuhnya akan pergi ataupun mati sehingga menyebabkan terjadinya bleaching
(pemutihan). Sebanyak 70-80 persen karang menggantungkan makanan pada alga
tersebut, jadi mereka akan mengalami kelaparan ataupun kematian. Bila penyebab
stress tidak segera ditangani, maka akan menimbulkan kematian secara
besar-besaran terhadap terumbu karang tersebut.faktor-faktor penyebab pemucatan
karang. Faktor-faktor tersebut meliputi: kenaikan suhu air laut, penurunan suhu
air laut, radiasi sinar matahari (termasuk sinar ultraviolet dan PAR),
kombinasi antara kenaikan suhu dan radiasi sinar matahari, penurunan salinitas
dan infeksi bakteri.
Mayoritas
pemutihan karang secara besar-besaran dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini
berhubungan dengan peningkatan suhu permukaan laut (SPL) dan khususnya pada
HotSpots. HotSpot adalah daerah dimana SPL naik hingga melebihi maksimal
perkiraan tahunan (suhu tertinggi pertahun dari rata-rata selama 10 tahun) dilokasi
tersebut. Apabila HotSpot dari 1°C diatas maksimal tahunan bertahan selama 10
minggu atau lebih, pemutihan pasti terjadi.
Dampak gabungan dari tingginya SPL dan tingginya tingkat sinar matahari (pada gelombang panjang ultraviolet) dapat mempercepat proses pemutihan dengan mengalahkan mekanisme alami karang untuk melindungi dirinya sendiri dari sinar matahari yang berlebihan.
Dampak gabungan dari tingginya SPL dan tingginya tingkat sinar matahari (pada gelombang panjang ultraviolet) dapat mempercepat proses pemutihan dengan mengalahkan mekanisme alami karang untuk melindungi dirinya sendiri dari sinar matahari yang berlebihan.
Peristiwa
pemutihan karang dalam skala besar dipengaruhi oleh naik-turunnya SPL, dimana
pemutihan dalam skala kecil seringkali disebabkan karena tekanan langsung dari
manusia (contohnya polusi) yang berpengaruh pada karang dalam skala kecil yang
terlokalisir. Pada saat pemanasan dan dampak langsung manusia terjadi bersamaan,
satu sama lain dapat saling mengganggu.
Koloni
karang yang telah memutih, baik yang mati seluruhnya atau hanya sebagian, lebih
rapuh (rentan) terhadap perkembangan Algae yang berlebihan, penyakit dan
organisme karang yang menjangkiti kerangka dan melemahkan struktur terumbu
karang. Hasilnya adalah bilamana kematian tinggi, terumbu yang memutih berubah
secara cepat dari warna putih salju menjadi abu-abu kecoklatan pupus seiring
dengan perkembangan Algae menutupi mereka.
Bila dampak pemutihan yang terjadi sangat parah, alga yang berkembang secara ekstensif dapat mencegah rekolonisasi karang-karang baru yang secara dramatis merubah pola-pola keanekaragaman jenis karang dan menyebabkan restrukturisasi komunitas tersebut.
Hal di atas menggambarkan bahwa ekosistem laut seperti terumbu karang sangat rentan terhadap pemanasan global, yang pada akhirnya akan berdampak pada seluruh umat manusia di muka bumi, terutama kelompok masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.
Bila dampak pemutihan yang terjadi sangat parah, alga yang berkembang secara ekstensif dapat mencegah rekolonisasi karang-karang baru yang secara dramatis merubah pola-pola keanekaragaman jenis karang dan menyebabkan restrukturisasi komunitas tersebut.
Hal di atas menggambarkan bahwa ekosistem laut seperti terumbu karang sangat rentan terhadap pemanasan global, yang pada akhirnya akan berdampak pada seluruh umat manusia di muka bumi, terutama kelompok masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.
No comments:
Post a Comment